Slide Cahaya - Hati

Nurul Qolby 1234567 Slideshow: Nurul’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to 3 cities , Bangladesh and Indonesia (near Benteng, Selayar Island) was created by TripAdvisor. See another Indonesia slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.
http://tripwow.tripadvisor.com/tripwow/ta-009b-86da-4384

Selasa, 22 Maret 2011

NABI ABRAHIM AS

NABI IBRAHIM
Negeri Babylon subur tanahnya, makmur rakyatnya. Di dalam sejarah dunia disebutkan bahawa rakyatnya maju, bahkan dari sanalah asal usul kemajuan dunia ini. Tetapi lain keadaannya di zaman hidupnya Nabi Ibrahim. Memang subur dan makmur rakyatnya, tetapi picik dalam pengetahuan, bergelumang dalam dunia kegelapan dan kebodohan.
Di negeri yang subur dan rakyat yang makmur tetapi bodoh itu, memerintah seorang Raja yang hanya menjalankan kehendak nafsu dan dirinya sendiri. Itulah dianya Raja Namrud bin Kanan bin Kusy. Di tangannyalah letak segala kekuasaan. Dia yang memutuskan tiap tiap perkara. Apa saja yang dikatakannya, itulah undang undang yang harus dijalankan oleh rakyatnya.
Bila ada seorang saja yang membantah kata-kata Raja, dinyahkan orang itu dengan kekuatan mata pedang. Kerananya tak seorang juga rakyat yang dapat menjalankan akal dan fikiran sendiri. Tetapi hanya tunduk kepada apa yang diperintahkan si Raja, sekalipun bagaimana juga. Rakyat semakin jauh terperosok ke lembah kegelapan dan kebodohan.
Raja itu pulalah yang memerintahkan membuat patong dari batu. Dan telah menjadi kegemaran Raja itu untuk memuja muja patong batu yang terbaik. Kemudian si rakyat banyak diperintahkan sang Raja menyembah nyembah patong dari batu itu. Itulah Tuhan, kata Raja, sedang rakyat hanya diberi kesempatan untuk tunduk saja.
Hal itu lama kelamaan menambah bodohnya rakyat, sehingga dengan rakyat yang bodoh itu, keadaan masyarakat bertambah buruk dan kacau juga.
Sesudah keadaan menjadi kacau dan rusak serusak-rusaknya, Raja Namrud yang berkuasa itu pada suatu malam bermimpi dalam tidurnya, bahawa ia melihat seorang anak kecil melompat masuk ke dalam kamarnya, lalu merampas mahkota yang sedang dipakainya di atas kepalanya, lalu menghancurkan mahkota itu. Setelah ia terbangun, ia termenung memikirkan mimpinya yang luar biasa itu.
Hampir seluruh manusia yang rusak kepercayaan, dahulu dan juga sampai sekarang ini amat percaya kepada mimpi mimpi, bahkan menggantungkan nasib mereka kepada mimpimimpi itu. Termasuk Raja-raja yang sedang berkuasa, sebab banyak di antara Raja-raja yang berkuasa besar itu di zaman purbakala adalah terdiri dari orang-orang yang bodoh-bodoh, tetapi berkuasa karena pengaruh keturunan semata mata. Raja Namrud termasuk salah seorang Raja yang bodoh itu. Karena kebodohannya ia tidak dapat mempergunakan akal yang diberikan Tuhan kepadanya, lalu ia mempercayakan nasibnya kepada tukang tukang tenung atau dukun-dukun tukang ramal. Kepada tukang tukang tenung itulah ia bertanya segala perkara, lebih-lebih tentang mimpi mimpi atau keadaan yang akan datang mengenai nasibnya.
Raja Namrud segera memanggil tukang tukang tenungnya menanyakan apa ertinya mimpi yang dilihatnya itu. Tukang tukang tenung itu mengatakan kepadanya, bahawa akan lahir seorang anak, sedang anak itu setelah besar badannya besar pula pengaruhnya. Dan karena besarnya pengaruh anak itu, maka akan hilanglah semua kekuasaan yang ada di tangannya. Akhirnya Namrud akan jatuh dan mahkotanya akan hilang.
Karena tabir mimpi menurut apa yang dikatakan tukang-tukang tenung itu, Raja Namrud memutuskan dan memerintahkan untuk membunuh semua anak yang dilahirkan, agar jangan sampai jatuh kekuasaan atau mahkota yang ada di kepalanya.
Di saat itu ibu Ibrahim sedang mengandung, menghamilkan Ibrahim dalam perutnya. Karena takut bayi yang dikandungnya itu setelah lahir akan dibunuh oleh Raja Namrud, maka ibu Ibrahim lari menyembunyikan diri ke suatu gua di luar kota, di mana ia akhirnya melahirkan anaknya seorang laki-laki yang diberi nama Ibrahim.
Begitulah menurut ceritanya, Ibrahim sejak dilahirkan sampai dan selama masa kanak-kanak dibesarkan di dalam gua itu, disembunyikan oleh ibunya. Di sanalah ia disusukan, diasuh, dibesarkan sampai ia menjadi agak besar. Setelah agak besar dan mulai dapat menjalankan fikirannya, di kala ditinggalkan oleh ibunya pergi ke kota mencari makanannya, Ibrahim mencuba melihat ke luar gua dari celah-celah batu yang menutup pintu guanya. Ibrahim tercengang dan kagum melihat luasnya alam di luar guanya yang sempit itu.
Luas dan luas sekali alam (bumi) ini dilihatnya, berpinggiran langit yang biru, terdiri dari dataran dan gunung-gunung serta jurang-jurang, penuh dengan tumbuh-tumbuhan dan tanam tanaman. Di waktu siang ada matahari bersinar terang, di waktu malam gelap-gelita, hanya diterangi oleh bintang bintang yang berkedip kedipan bertebaran sebanyak banyaknya di angkasa luas.
Akhirnya ia bertambah besar dan akalnya bertambah maju. Ia bukan hanya tertarik dan tercengang melihat keindahan dan kehebatan alam luas, bermatahari, berbintang dan bertumbuh tumbuhan, tetapi akhirnya berfikir pula siapa yang menciptakan semuanya itu, siapa yang mengaturkan sedemikian rupa. Ia bertanya dalam hatinya: Siapakah yang mempergilirkan malam dan siang? Siapakah yang menjalankan matahari, bulan dan bintang-bintang? Siapakah yang menumbuhkan tanam tanaman dan tumbuh tumbuhan? Siapakah yang menghidupkan segala yang hidup dan yang mematikan segala yang mati?
Sampailah Ibrahim kepada taraf mencari jawapan dari semua pertanyaan yang demikian itu. Ia tidak mempunyai teman untuk bertanya, selain ibunya yang datang hanya sebentar-sebentar saja sekadar menghantarkan makanan dan minuman baginya. Sekalipun ia menanyakan juga pertanyaan pertanyaan tersebut kepada ibunya, tetapi ibunya tak mempunyai perhatian terhadap pertanyaan pertanyaan semacam itu, sebab perhatian ibunya hanya tertuju bagaimana caranya menyembunyikan Ibrahim agar jangan diketahui oleh seorang manusia pun, agar jangan dibunuh Raja. Hal yang lain yang menjadi perhatian ibunya ialah bagaimana dapat memperoleh makanan dan minuman bagi Ibrahim, dan bagaimana cara menghantarkan makanan dan minuman itu kepada Ibrahim agar jangan diketahui orang lain.
Ya, Ibrahim terpaksa mencari dan memikirkan sendiri jawapan dari segala pertanyaan yang muncul di otak atau fikirannya itu.
Akhirnya setelah ia agak besar, akalnya yang murni, fitrahnya yang suci, yang tidak dikotorkan dan dipengaruhi oleh siapa dan oleh apa pun, tidak pernah dipengaruhi oleh berbagai-bagai kepercayaan palsu yang dipercayai oleh orang banyak, dengan semata-mata atas kekuatan akal dan fikirannya sendiri yang diberikan Allah kepadanya, ia dapat meyakinkan adanya Tuhan yang menciptakan seluruh alam yang ada. Dan Tuhan itu pasti Maha Besar, Maha Mengetahui segala, dan pasti Maha Esa.
Di sinilah letak kehebatan Nabi Ibrahim itu. Sejak masa muda remajanya, tanpa seorang guru atau pengasuh, hanya semata-mata dengan akal yang dikurniakan Allah kepadanya saja, ia sudah dapat mempergunakan akal itu sehingga memperoleh ilmu pengetahuan dan keyakinan (kepercayaan) yang tidak dapat dicapai oleh orang lain, sekalipun orang lain itu hidup di alam bebas, beroleh harta kekayaan atau pangkat yang tinggi seperti Raja Namrud itu.
Memang benar juga kalau ada sebahagian orang berpendapat, bahawa dengan akal atau fikiran semata mata, manusia harus dapat mempercayai akan adanya Allah dan semua kebesaranNya, harus dapat mempercayai bahawa Allah itu Maha Tunggal dan tidak ada Tuhan selain Allah itu. Benar pula pendapat manusia yang mengatakan, bahawa kadang kadang ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia tidak secara ikhlas dan murni, atau harta kekayaan dan pangkat pangkat yang tinggi, tidak menjadikan manusia bertambah pintar, melainkan menjadikan manusia bertambah bodoh. Dan karena kebodohannya itu, mereka yang berilmu, yang berharta dan berkuasa itu sampai tak percaya kepada Allah Pencipta, malah menyembah berhala-berhala, patung-patung dan mempercayai tukang tukang tenung atau dukun dukun palsu.
Masjid Qubaa
Demikianlah kehebatan Ibrahim. Pantaslah kalau Allah di dalam Kitab SuciNya al-Quran, mengucapkan salam kepada Ibrahim: Salamun ala Ibrahim (salam kepada Ibrahim). Dan sepatutnyalah kalau setiap orang yang beriman, iaitu kita orang Islam, lima kali kita mengerjakan sembahyang dalam sehari semalam, lima kali kita mengucapkan selawat dan salam kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim yang beriman kepadanya, sesudah kita mengucapkan selawat dan salam kepada Muhammad dan semua keluarganya yang beriman kepada Muhammad.
Setelah Ibrahim menjadi remaja, bahaya pembunuhan terhadap anak anak yang baru lahir sudah dilupakan dan tak dijalankan lagi, Ibrahim keluar mencemplungkan dirinya ke dalam masyarakat manusia yang bergelumang dengan kebodohan dan kepercayaan-kepercayaan yang rusak itu. Ia dapati manusia seluruhnya sudah sesat. Mereka melakukan berbagai-bagai kejahatan, menyembah berhala berhala dan patung patung, ada pula yang menyembah bintang, bulan dan matahari. Bapaknya sendiri bekerja membuat patung-patung dari kayu atau batu, lalu menjual patung patung itu kepada orang-orang. Patung-patung itu mereka sembah. Termasuk yang menyembah patung patung itu bapaknya sendiri yang membikin patung-patung itu sendiri.
Ibrahim mengeluh dan mengeluh. Ia mengeluh kepada Tuhan: Oh Tuhan, aku menderita, iaitu penderitaan batin, melihat kemungkaran dan kesesatan. Untuk apakah gerangan akal yang dikurniakan Tuhan, mereka pergunakan? Apakah semata-mata untuk membuat kerusakan dan mencari kekayaan? Ia berdoa: Oh Tuhan, tunjukilah aku, kalau Tuhan tidak menunjuki akan daku, sungguh aku akan menjadi sesat sebagai orang banyak yang sesat dan aniaya itu.
Masjid Niu Jie Beijing
http://img402.imageshack.us/img402/1663/commentsfb.png
Buat Facebook Comment, klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar