Ampuni daku kalau cintaku sempat surut, sempat minipis
terkikis oleh nuansa kebebasan, sekulersime, liberalisme
materialisme dan langkanya nuansa Islami.
Aku bagai sebuah lilin terbakar oleh apinya sendiri, kedasar,
alas kakiku terlepas hingga begitu mudahnya aku tergelincir
basyirah dan naluri tauhidku luruh terdismantel
tatkala kita jadi minoritas disuatu negeri.
Hingga suatu hari kami terlempar di keterjalannya karang
hingga kami terhempas oleh gemuruh gelegarnya gedung
oleh sebuah rekayasa teknologi yang biasnya kami dapati
hingga kami, aku, kita terlindas oleh roda roda kenistaan.
***
Dulu kami mencoba menata misi Muhibbah. Jalanan kami telusuri
mulai dari Dover, Belgia, Humberg, Austria, Croatia dan berakhir
di Mostar di Timur Eropa, sekedar menebar rasa cinta dan empati
untuk saudara kami yang terkapar tak berdaya.
Lanjut kuarungi bahari luas ke gugusan pulau-pulau seribu.
Kutelusuri lorong lorong gelap pengap, diiringi bau anyir
lalu ke dibukit-bukit, desa-desa dan kota-kota
hingga tiba dibatas antara dua komunitas
bersama unggunan karung karung berisi pasir
dan moncong senjata siap menyembur setiap saat.
Disana...kutemui pemilik piala hati janda-janda syuhada
bersama ribuan yatim terlantar yang duka laranya
diredam oleh media untuk dan atas nama stabilitas negeri.
Yang Izzah Islam mereka punah diinjak dan dicabik
oleh sebuah agenda keji durjana tak terperikan
yang konon diatas namakan kecemburun sosial
hingga dua komunitas berseteru saling memburu nyawa
Padahal politik kejilah memoles semua agenda ini.
Semua ini telah membuat kami terpana, bangkit dan tergugah
akan tragedi dan nista akan dosa yang lalai dan terlena
oleh dan atas nama toleran, kerukunan dan silodaritas
hingga menyisakan demarkasi dan batas dari dua komunitas
dari tiada, kini ada.
***
Dibelahan barat Engkau telah tunjukan kebesaranMu
dengan meluluh lantakan lewat gempa dahsyat, seiring
dengan Tsunami-Mu disuatu Dhuha dalam kurun satu jam.
Kau tunjukan murkaMu sekaligus cintaMu untukku, kami
yang lalai, terlena dan larut oleh fatamorgana duniya
akan keserakahan, kedzaliman selama setengah abad.
Darinya terlahir rasa cinta ukhuwah dan empati kami
untuk menyampaikan peduli yang selama ini kami peram
membiarkan jerit tangis dan duka lara mereka.
Ya Rabbb ampunilah kami.
" Maka dengan nikmatNya kamu menjadi bersaudara "
(Al-Imron :103)
***
Dari semua kemelut dan tragedi dijagat raya ini membuatku tersadar,
Lalu kubertandang kesetiap sudut sudut hati derita para korban
Disana....kutemukan Cintaku, disana kutemukan cinta hakiki
yang sempat menipis dan pudar, disana kutemukan kebesarnaMu
Hai Pemilik Cinta... kembalikan cintaku, kembalikan cintaku
sematkan kembali kedadaku, semaikan kembali ke qalbuku
semi-kan kembali ke lubuk lahan hatiku.
***
Kala kudengar namamu ya Kekasih, denyut nadiku berlari,
Kala kusebut namaMu seolah tulang sekujur tubuh luluh
bersit cinta itu membias pada relung lekuk hatiku.
Lalu dimalam kelam temaram, kala kurebahkan tubuhku
dengan lembut syahdu kesebut namaMu, kubisikan penuh mesra
Kuberjanji ku ta'kan menduakan Engkau dengan selainnya
Engkau yang Esa, Engkau yang Maha Rahim dan Karim
Ya Rabb kuserahkan semua hatiku, kaffah dan totalitas.
"Islam itu ialah penyerahan hatimu kepada Allah dan selamatnya
kaum Muslim dari lidah dan tanganmu"
Buat Facebook Comment, klik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar