 Bagaimana  jika kita dihadapkan kepada suatu perisitiwa yang membuat hati kita  terenyuh dan membuat kita ingin ikut bergerak atau kita dihadapkan  kepada suatu kemungkaran tetapi kita tidak memiliki kekuatan untuk  mengubahnya?atau karena kita tidak memiliki posisi yang strategis  sehingga tidak memungkinkan kita untuk bersuara?Apakah hanya diam  terpaku menjadi penonton ataukah ingin ikut mengubah?
Bagaimana  jika kita dihadapkan kepada suatu perisitiwa yang membuat hati kita  terenyuh dan membuat kita ingin ikut bergerak atau kita dihadapkan  kepada suatu kemungkaran tetapi kita tidak memiliki kekuatan untuk  mengubahnya?atau karena kita tidak memiliki posisi yang strategis  sehingga tidak memungkinkan kita untuk bersuara?Apakah hanya diam  terpaku menjadi penonton ataukah ingin ikut mengubah?Tidak cukup bagi kita mengatakan di dalam hati, “Itu tidak benar!”  sambil menggerutu tidak karuan. Mengatakan hal seperti itu hanya akan  menjadi tumpukan beban, tidak menjadi solusi. Sedangkan kita dituntut  untuk bisa menjadi bagian dari solusi atas permasalahan bangsa. Hanya  menolak dengan hati─seperti yang disabdakan Rasulullah saw─adalah  perwujudan selemah-lemahnya iman.
Kaum  muslimin seharusnya memiliki kepekaan terhadap hal-hal yang bertentangan  dengan keyakinan agama dan hati nurani kita. Kemudian meluruskannya  kembali dengan kekuatan dan kemampuan yang kita miliki. Meningkatkan  kualitas dan kuantitas keilmuan adalah kewajiban bagi setiap muslim.  Dengan ilmu itu, seorang muslim menjadi tahu mana yang benar dan mana  yang salah. Jika ia mengetahui sesuatu itu salah, maka ia berusaha  meluruskannya sekuat tenaga.
Jika tangan ini sudah tak mampu lagi  menjamah, tulisan lah yang akan berbicara. Dengan tulisan, kita bisa  menyuarakan kebenaran dan bisa meluruskan keterpurukan. Seperti yang  dilakukan oleh ulama-ulama, Imam Ibnu Al-Jauzy dikabarkan mampu menulis  empat puluh halaman sehari. Imam Hasan Al-Bann menulis tanggapan atas  sebuah buku Dr Thaha Husein (tokoh sekuler Mesir) ketika beliau sedang  dalam perjalanan pulang naik kereta api. Imam Muhammad Abduh menulis  buku “Ilmu Menurut Islam dan Kristen”─hanya dalam sehari─sebagai  tanggapan atas tulisan seorang Kristen yang menyebutkan bahwa Islam  tidak menghargai ilmu pengetahuan.
Sayyid Quthb menulis bukunya yang paling fenomenal─Tafsir Fi Zhilalil Qur’an─ketika  sedang berada dalam penjara. Prof. Musthafa Al-Azami menulis sejumlah  buku yang meruntuhkan pemikiran sesat para orientalis. Bahkan hanya  dengan satu buku saja, beliau mampu meruntuhkan teori Schacht dan  Goldziher yang sebelumnya mampu bertahan bertahun-tahun lamanya dan  dianggap sebagai teori ilmiah.
Begitulah para ulama-ulama menyuarakan kebenaran, selain dengan dakwah bil lisan (dakwah dengan lisan) juga dengan dakwah bil qolam (dakwah  dengan tulisan). Tulisan-tulisan kita takkan termakan oleh usia karena  ia selalu terpatri dalam jejak sejarah, seperti sebuah ungkapan latin “Verba Volant, scripta manent” yang artinya “yang terucapkan akan hilang, yang tertulis akan abadi”.
Setidaknya, jika kita melihat suatu  kemungkaran dan tangan kita tak mampu mengubahnya, maka kita dapat  memulainya dari yang terkecil dan sederhana tapi memiliki kekuatan yang  dahsyat─dengan tulisan. Dengan menulis pun, kita bisa saling berbagi  inspirasi dan menggerakkan orang lain untuk melakukan kebaikan yang kita  tuliskan. Tentu saja, itu pun (menulis) bisa menjadi amal jariyah yang  pahalanya akan terus mengalir walaupun kita telah tiada.
Apalagi pada zaman yang sudah serba  canggih seperti sekarang ini, kita dimudahkan dengan teknologi internet  dan web 2.0 yang bisa menampung tulisan-tulisan kita. Dengan cepat dan  mudah, tulisan kita bisa tersebar luas dan siapa tahu menjadi sumber  inspirasi bagi orang lain yang membacanya. Marilah kita ikut ambil  bagian dalam budaya menulis. Menulis untuk meninggalkan jejak inspirasi  bagi orang lain. Menulis untuk menyuarakan kebenaran. Menulis untuk  bekal amal jariyah. Jika saja ada sepuluh ribu kaum muslimin di  Indonesia (bahkan dunia) yang gemar menulis dalam kebaikan, maka dunia  ini akan dipenuhi dengan inspirasi-inspirasi yang akan menggerakkan  orang lain untuk terus melakukan kebaikan.
 
Buat Facebook Comment, klik 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar