إِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّى مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ مُرْدِفِيْنَ
“(Ingatlah), ketika kamu meomohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS. Al Anfaal (8) : 9)
وَكَذلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ اْلأَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَه عَلَيْكَ وَعَلى آلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ أَتَمَّهَا عَلى أَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْحَاقَ ج إن ربك عليم حكيم
“Dan demikianlah Rabbmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Rabbmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Yusuf (12) : 6)
Adapun ciri-ciri orang sholat yang hatinya bersih murni dengan mempunyai kelebutan dan kehalusan rasa. Malaikat akan memberikan singkapan-singkapan tentang keilmuan dengan mengalirkan keilmuan dari Allah sehingga segala sesuatu diketahui dengan jelas tegas dan pasti dari berbagai masalah yang cukup setimbang sempurna karena terkait langsung dengan Robb.
Dengan demikian sholat dan keilmuan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan titik tumpu penerima getaran Illahiyah. Untuk memperoleh getaran keilmuan Illaahiyah jika hati senantiasa berhiaskan Asmaul Husna dengan tampilan lemah lembut dan menjadikannya manusia itu tumbuh berkembang bebas aktif tanpa ada keterikatan dengan makhluk apapun, kecuali hanya Allah semata dengan demikian manusia seperti itu yang dikatakan meraih kemenangan dengan penuh kesetimbangan.
Pada hakekatnya diperintahkan untuk menegakkan sholat adalah keta’atan semata bukan untuk memenuhi nafsu belaka, tetapi untuk mempererat hubungan antara makhluq yang dicipta dengan Penciptanya. Dengan menjalankan ketaatan, otomatis akan memperoleh hasil yang nyata.
اتْلُ مَا أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلوة إِنَّ الصَّلوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabuut (29) : 45)
Penyebab manusia terhambat meraih kemenangan karena dalam diri dipengaruhi oleh nafsu kebinatangan atau nafsu tercela. Anjing misalnya mulutnya najis yang memakan makanan di tempat yang kotor atau sampah. Anjing justru bangga dengan sampah. Anjing adalah tamsil nafsu serakah manusia yang menolak Al Qur’an dan memilih jalan kesesatan (QS. 7 : 176)
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلكِنَّه أَخْلَدَ إِلَى اْلأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثُلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآياَتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّكُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. 7 : 176)
Dengan pribadi terpisah dari nafsu terpuji sehingga ke lima potensi diri manusia yaitu ruh, rasa, hati, aqal, nafsu menjadi mati, yang menyebabkan manusia terhalang untuk mendapatkan keilmuan Illaahiyah. Karena keilmuan Illaahiyah hanya akan diberikan kepada manusia siapa saja yang memiliki nafsu terpuji, yaitu para hamba Allah yang sejati.
فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِناَ آتَيْناَهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْناَهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْْمًا
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (QS. 18 : 65)
Dengan nafsu terpuji, yakni hidup dengan mengambil suri teladan akhlaq Rasulullah S.A.W.(sebagai (Rahmatan Lillalamin), maka potensi lima titik dibawa naik menuju puncak persaksian nyata (dilingkungan ruang hening) menjemput kebenaran mutlaq, yaitu keilmuan sehat setimbang (meliputi keilmuan titik) sebagai penjaga, pelestari kesetimbangan semesta (Rahmatan Lillalamin).
Setelah diperolehnya keilmuan sehat setimbang, maka akan memutar kehidupan potensi ketenangan setimbang di lingkungan terbuka, maka terusirlah pusat keilmuan curang yaitu keilmuan yang hanya pemenuhan kebutuhan hidup.
Buat Facebook Comment, klik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar